Aku pernah bahagia dalam sekejap, namun itu adalah kebahagiaan dari akhir yang kau inginkan

Ada yang pernah merasa hatinya penuh dengan bunga dan perut seperti merasakan ribuan kupu kupu berterbangan? Jika iya, kita sama.
Aku pernah merasakannya. Saat ketika dia menyatakan bahwa aku adalah wanita yang ingin dia puja selain bundanya.
Bisa bayangkan betapa bahagianya aku kala itu? Saat dimana dia memperkenalkanku pada mereka, sebagai seseorang yang berarti.
Aku berharap, bumi berhenti berputar saat itu juga.
Aku merasa, akan diterima baik dalam hubungan ini.
Ketika dia mengatakan pada semesta bahwa akulah yang tercinta.
Adalah hal berlebihan memang mengungkapkan semua ini, tapi inilah kebenarannya.

Namun naas beribu naas. Entah aku yang terlalu berharap atau kamu yang memang sengaja ingin bermain main dalam hal rasa. Kurasa usia kita sudah terlalu matang untung menjalin hubungan yang bukan sekedar seperti remaja. Kita butuh komitmen dan kepercayaan. Aku mempercayakan sepenuhnya padamu namun kebohongan yang kudapat selama ini. Permainan ini telah usai. Tepat disaat kamu mengakhiri segalanya.

Sebuah rasa yang telah tertanam kini mati. Begitu mudah lidahmu mengatakan kata ingkar yang menjijikan itu.
Kata maaf dengan mudah terlontar, selalu seperti itu hingga ini puncaknya.
Puncak dimana kata maaf telah kutiadakan. Kejam memang, aku tau. Setidaknya impas dengan apa yang hatiku rasakan. Perihal ikhlas, akan ku coba seiring waktu berjalan. Perihal maaf. Kuharap dilain waktu aku mampu memaafkanmu lengkap dengan keikhlasan.

Biarlah dicerita ini aku yang menjadi peran antagonisnya.

Salam hangat dariku,
Untukmu yang dulu selalu menjadi alasanku merindu.


-Aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku yang menggenggam erat jemarimu, kamu yang melonggarkan jemariku.

Dalam kisah percintaan ini, kamulah pemenangnya.